Halo temen-temen. Akhirnya bisa nonton Indonesia juga, dari kemarin itu banyak yang ke-skip film-film Indonesianya. Kali ini, saya memilih menonton 3 Dara.


Sinopsis:
Film ini menceritakan tentang 3 pria yang bernama Afandi (Tora Sudiro), Djay (Adipati Dolken), dan Richard (Tanta Ginting) yang tiba-tiba jiwanya berubah menjadi seperti wanita. Akhirnya mereka memutuskan untuk pergi ke psikolog wanita yang diperankan oleh Rianti Cartwright. Apakah sebenarnya yang terjadi terhadap mereka? Apakah mereka kembali seperti semula? Silahkan ditonton ya di bioskop kesayangan.




Review:
Saya bisa bilang film ini lumayan, dibilang bagus mmmmm kurang, dibilang jelek juga tidak. Ekspetasi saya agak tinggi sih ketika melihat premis dan trailernya. Para pemainnya bermain dengan baik. Baik pemeran utama ataupun pemeran pendukungnya. Tora, Adipati, dan Tata bermain secara apik walaupun menurut saya kurang greget jiwa ceweknya. 

3 Dara ini adalah film bergenre drama komedi. Saya agak gugup juga sih setiap nonton film Indonesia yang genre-nya komedi. Selera humor saya itu rendah. Hahahah!
Tapi syukurlah banyak joke yang saya suka sehingga membuat saya tertawa. Tidak terbahak-bahak memang, tapi cukup menghibur saya. Scene yang paling mengundang tawa saya adalah ketika 3 Dara ini ada di mobil dan menyanyikan lagu Raisa sama scene Adipati yang lagi 'PMS'. Iya, cowok yang kena 'PMS', kok bisa? Monggo ditonton ya filmnya.



Untuk ide sih sebenernya saya pernah menemukan film Indonesia yang mirip-mirip temanya, tentang 'kutukan'. Kalau tidak salah judulnya 'Bukan Malin Kundang', genrenya sama drama komedi dan temanya sama tentang kutukan. Bedanya, kalau BMK itu lebih menceritakan perjalanan mereka untuk menghilangkan 'kutukan'nya, kalau 3 Dara lebih diceritakan tentang kisah hidup pribadi ketiga pemain utamanya.

Tidak hanya ketiga pemain utamanya yang berperan baik, ada pemain pendukung juga yang membantu menghidupkan film ini, contohnya adalah Indra Birowo dan Henki Solaiman yang berhasil membuat saya tertawa juga.Yang membuat saya suka adalah ketiga pemainnya lucu tanpa terkesan sedang melawak atau dibuat-buat. Chemistry ketiganya juga dapet, walaupun mereka bertiga beda umur dan beda pekerjaan. 

Saya suka idenya sih, saya juga suka visualnya. Tapi saya kurang suka sama naskahnya, terasa kurang aja, padahal idenya udah oke. Saya juga suka banget sama akting Adipati Dolken disini, dia yang sangat mendekati ekspetasi saya diantara Tora dan Tata. Bukan berarti Tora dan Tanta gagal ya, tidak sama sekali. Mereka sama-sama berhasil memerankan 3 Dara, tapi ya favorit saya disini Adipati Dolken. Didukung dengan rambut dia yang blonde dan badannya yang kurus banget, terasa banget feel ceweknya. 



Film ini memang tidak sempurna. Film komedi yang hanya membuat saya tertawa kecil saja. Tapi film ini enjoy kok buat ditonton. Jajaran pemainnya berhasil menghidupkan film ini. Buat para cowok, jangan coba-coba macam-macam sama cewek ya, karena apa yang diperbuat akan mendapat balasannya. Buat cewek juga jangan selalu egois. *ngomong sama kaca*

Selamat menonton! ^^

Trailer 3 Dara






Halo temen-temen, kali ini saya mau bahas film horror Korea yang berjudul The Piper/Guest/Sonnim (2015)

Film ini terinspirasi dari dongeng terkenal di Jerman yang berjudul 'The Pied Piper of Hamelin'. Versi dongengnya bercerita tentang pria peniup suling yang bisa memberantas hama tikus dengan suling ajaibnya. Setelah pemerintah menolak untuk memberikan imbalan, si peniup seruling memanfaatkan sihirnya untuk memikat anak-anak, membuat mereka meninggalkan kota sebagaimana yang telah dilakukannya terhadap hama tikus. (Sumber: Wikipedia)



The Piper bercerita tentang seorang pria yang bernama Woo Ryong dan anak lelakinya yang bernama Young Nam yang tiba di sebuah desa di pegunungan. Kepala desa memperbolehkan mereka tinggal disana untuk sementara. Woo Ryong menyadari bahwa desa ini terserang hama tikus yang juga suka memakan kuping anak-anak. Dengan serulingnya, Woo Ryong berhasil mengusir tikus-tikus tersebut. Ketika seharusnya Woo Ryong mendapatkan uang atas jasanya, kepala desa mengkhianati Woo Ryong dan putranya. Mimpi buruk segera mendatangi desa tersebut.

Untuk chemistry Woo Ryong dan putranya dari awal sudah terlihat sangat kuat, membuat penontonnya bersimpati terhadap keduanya. Ditambah Young Nam juga sedang sakit TBC. Plot utamanya memang masih dengan dongeng 'The Pied Piper of Hamelin', tapi di film ini cerita tersebut dikembangkan. Ada unsur horror, thriller, romance, bahkan sedikit gore. 



Untuk orang yang tidak sabaran seperti saya pasti akan bosan dengan film ini. Di paruh awal dipakai untuk pengenalan karakter utama dan orang-orang yang tinggal di desa tersebut. Saya malah mengira ini film drama. Saya sendiri merasa sangat bosan. Tapi setelah saya nonton sampai akhir, apakah endingnya worth it buat ditunggu? Saya akan jawab IYA.

Banyak film Korea yang bertema balas dendam, dan memang banyak yang bikin ngilu. Di akhir film ini berubah total dari paruh pertama dan kedua. Langsung berubah jadi kelam, disturbing, bikin ngilu. Kesabaran saya menunggu ending yang epic akhirnya terbayarkan. Di satu sisi, mereka pantas mendapatkan apa yang mereka perbuat, tapi di sisi lain, scene itu membuat hati saya sedih, serius. 

Overall, The Piper adalah film yang bergerak lambat. Untuk orang yang cepat bosan seperti saya, harus ekstra sabar, tapi 30 menit terakhirnya memang pantas untuk ditunggu. Adegan yang akan membuat kalian puas tapi juga sekaligus membuat hati sedih. Setelah nonton film ini, saya jadi makin geli sama tikus :(

Selamat menonton!




Ada Lee Joon juga loh di film ini ^^






Halo temen-temen, kali ini saya akan share review saya untuk film Sinister 2 yang tadi saya tonton di XXI Citraland. Selera horror saya ini bisa dibilang payah, saya lebih suka film-film horror yang kebanyakan didalamnya berisikan momen-momen jump scare. Saya bukanlah salah satu penggemar dari film Sinister yang pertama. Jadi saya tidak berekspetasi tinggi di film keduanya ini. Di Sinister 2, Scott Derrickson bukan menjadi sutradara lagi, melainkan Ciaran Foy yang pernah menyutradari film Citadel.



Dari segi cerita dan karakter, film pertamanya memang jauh lebih unggul dari film keduanya. Film pertamanya masih ada elemen rumah berhantu, pembunuhan, novel misteri. Kalau di film keduanya ceritanya tidak sebagus yang pertama. Ada James Ramsone (Deputy) yang menyelidiki kematian temannya, yaitu Elisson Oswalt (dalam film pertamanya), James menyelidiki ke rumah yang bersebelahan dengan gereja yang pernah menjadi TKP pembunuhan dengan pola yang sama dengan pembunuhan keluarga Oswalt. James yakin gereja tersebut mempunyai hubungan dengan pembunuhan keluarga Oswalt. Di rumah tersebut tinggal satu ibu tunggal dan dua anak lelakinya.

Yang paling menarik dari film ini adalah cuplikan-cuplikan film found footage bagaimana anak-anak tersebut membunuh keluarganya. Ngilu banget. Secara visual, masih sama dengan film yang pertama, masih creepy dari awal-akhir. Kalau untuk bagian nakut-nakutin saya sih saya lebih suka film kedua ini. Iya..iya, banyak momen jump scare norak memang, balik lagi, maapkeun selera horror saya hahaha. Tapi saya jauh lebih suka Sinister 2 dari yang pertama untuk soal menakuti penonton. 



Di Sinister 2 juga mulai terkuak siapa sih Bughull itu. Asal muasalnya juga diceritakan disini. Tapi oh tapi, menurut saya Bughull terlalu banyak muncul disini, di seri pertama, Bughull terlihat sangat menyeramkan dengan penampilan minimnya. Sekarang, malah muncul dimana-mana. Sampe di motel si Deputy loh, niat banget Ghull nakut-nakutin Deputy? 



Karakter dua anak pemeran utamanya pun menurut saya terlihat konyol. Gemes banget nontonnya, iya, gemes mau nonjok. Yang satu terlalu takut dan pengecut, yang satu lagi malah pingin terlihat kejam dan menjadi anak yang 'terpilih'. Untuk peran Deputy pun ngga bisa sekuat peran utama Ethan Hawke di seri pertamanya.



Overall, untuk segi cerita dan karakter, Sinister 2 kalah dibanding pertamanya. Tapi, kalau untuk soal menakuti dan mengagetkan penonton, saya lebih suka Sinister 2. Visual dan scoring yang creepy siap meneror kalian di sepanjang film. Sinister 2 is not perfect, but overall it was good. 

Selamat menonton!

Rating
7/10





Halo temen-temen, kali ini aku mau share review aku untuk produk L'oreal Lucent Magique Foundation dengan shade N5/Pure Honey. Aku lagi liat-liat di Guardian Central Park dan nemuin foundie ini, karena penasaran aku beli aja. Harganya ngga terlalu mahal kok, Rp. 130 ribu. Ukurannya juga ngga terlalu kecil. 



Akhir-akhir ini aku lagi suka banget sama foundie/BB Cream yang hasilnya glowing gitu. Nah, banyak review yang bilang kalo produk ini hasil akhirnya itu dewy finish. Informasi juga. kulitku itu super duper oily. Jadi, mau pake foundie yang matte atau yang dewy hasilnya sama aja, berminyak-berminyak juga. Derita muka berminyak, harus siap-siap oil paper sama loose powder :( Awal aku suka sama yang hasilnya dewy itu aku cobain foundie punya temenku, yaitu Buorjois Healthy Mix Foundation, dan aku gemes sama hasilnya! Suka banget, apalagi kalo difoto wajah terlihat sehat glowing gitu. Nah, aku ngga ada budget segitu buat beli foundie Buorjois, so, aku beli produk ini aja. 


Packaging:
Untuk packagingnya foundation ini terbuat dari kaca. Agak serem sih kalo mau dibawa kemana mana, takut pecah, agak berat juga untuk dibawa. Produk ini ada pump-nya, aku suka banget foundation yang pake pump gini. Biar mengontrol isi saat mau dipakai, dan pasti ngga beleberan kemana mana. 




Tekstur:
Teksturnya liquid dan gampang banget buat di blend. Aku sih biasanya blend-nya menggunakan brush. Tapi kalo kalian lebih suka pake sponge or jari tangan juga bisa kok. Aku suka banget sama teksturnya yang gampang dibaurkan ke wajahku. 

Sebelum memakai foundation L'oreal Lucent Magique


Sesudah

Hasil dan ketahanan:
Untuk hasil, produk ini dewy finish ya. Produk ini ngga tepat buat kalian yang nyari foundie dengan hasil matte. Wajahku itu sangat amat berminyak, setelah pake produk ini di outdoor selama 2,5 jam, mukaku udah banjir minyak. Tapi kalo aku sih fine fine aja, karena emang mau menggunakan produk apapun pasti akan banjir minyak, dan untuk itu, aku selalu sedia oil paper dan loose powder di makeup pouch aku. 


Untuk coverage aku bilang medium ya, karena pas aku coba, aku punya bintik-bintik hitam di sekitar jidatku dan masih belum ter-cover dengan baik. Apalagi untuk lingkaran hitam di mata, itu udah pasti harus pake concealer lagi. 

Ini hasil setelah pemakaian produk ini dari jam 5 sore sampai setengah 8 malam ya. 2,5 jam aku pakai produk ini di outdoor. 
No flash
With flash. Bisa diliat mukanya minyakan banget kan? 


Foundie ini menyatu banget sama warna kulitku. Jujur, ini aku beli asal banget, ngga swatch sama sekali (lagi males). Beruntung banget warnanya nyatu sama kulitku, ngga terlalu terang dan ngga terlalu gelap. Hasil setelah pemakaian di wajahku itu ringan banget, ngga berat kaya foundation lain. Malah menurutku kaya lagi make BB Cream :))

Overall aku suka sama produk ini. Foundie ini cocoknya dipakai buat sehari-hari karena teksturnya ringan banget di wajah. Foundie ini lebih cocok untuk kulit normal to dry. Kalo untuk kulit normal to oily kaya aku, daya tahannya jelek banget. 2,5 jam aku pake aja muka udah kaya penggorengan, banjir minyak! Tapi emang aku lagi nyari foundie yang dewy finish, yang ringan dan bikin muka terlihat sehat. 

Selamat mencoba!

Harga:
Rp. 130 ribu

Beli di:
Guardian


Love:
- Tekstur ringan dan mudah di blend
- Harga tidak terlalu mahal
- Packaging bagus, ada pump nya juga
- Menyatu sama warna kulit
- Buat wajah terlihat glowing

Hate:
- Staying power di oily skin jelek banget





Ini video first impression aku untuk produk ini. Silahkan dilihat ya :)



Sampai jumpa di post selanjutnya ya! ^^ Follow sosial mediaku:

Twitter: Follow ya :)
Instagram: Follow ya :)
Askfm: Jarang dipake (ngga ada yang nanya hihi), boleh kalo mau tanya-tanya/share ya :)

Powered by Blogger.