Ketika menggunakan makeup saya selalu semangat. Tapi, ketika membersihkannya.....rasanya malas sekali. Harus menggunakan eye & lip remover, susu pembersih, toner, belum lagi cuci muka. Walaupun rasanya malas, tapi saya harus melakukan itu semua agar wajah saya tidak timbul jerawat atau kusam. Tapi, untuk kita-kita yang malas membesihkan makeup dengan proses yang lumayan panjang itu, sekarang ada solusinya, BIODERMA SENSIBIO H2O. 

Detail produk:

Sensibio H2O gently cleanses and removes make-up from face and eyes. The micelles contained in its formula ensure all impurities are removed while respecting the cutaneous balance. Soothing active ingredients prevent the skin feeling irritated. The patented natural D.A.F. complex raises the skin's tolerance threshold. Excellent cutaneous and ocular tolerence.

INSTRUCTIONS FOR USE: Soak a cotton pad. Cleanse/remove make-up from face and eyes. Dry gently.



Produk ini sangat amat bekerja pada kulit saya. Saya memakai makeup berat untuk mata yang waterproof hanya 3 kalian saya usap, mata langsung bersih. Kotoran makeup langsung terlihat di kapas. Ketika diusapkan rasanya seperti remover eye & lip kebanyakan, seperti berminyak. Tapi setelah diusapkan dan didiamkan beberapa detik, saya menyentuh wajah saya dan tidak berminyak sama sekali. Seperti air saja, tidak lengket, ringan juga di wajah.

Packaging:
Saya beli yang berukuran 500 ml, botolnya besar, tidak bisa dibawa berpergian yah, kalau ingin yang travel friendly ada kok ukuran kecilnya. Botolnya transparan, jadi kita bisa melihat isinya dari luar. Tutup botolnya berwarna pink, cute banget >.<



Percobaan:
Saya tes di tangan saya menggunakan lipstick Maybelline, lipstick Wardah, dan eyeshadow dari Caring. 



Setelah sekali usap

Setelah tiga kali usap


Hasil:
Untuk makeup yang waterproof harus beberapa kali usap ya, tapi tidak masalah. Saya sangat menyukai produk ini. Hanya menggunakan Bioderma Sensibio H20, Produk ini memiliki tekstur seperti air, Ketika digosokkan memang akan terasa sedikit berminyak seperti pembersih mata dan bibir kebanyakan, tapi setelah beberapa detik, wajah tidak akan berminyak. wajah saya menjadi bersih setelah menggunakan makeup. Rasanya ringan, tidak lengket, tidak perih di kulit, tidak berbau, ya seperti air saja. Setelah memakai produk ini katanya tidak usah dibilas air lagi, tapi kalau saya pribadi, saya akan mencuci muka lagi menggunakan facial foam ya. Agar terlihat maksimal saja dalam membersihkan, tapi jika ada yang tidak bilas lagi ya tidak apa-apa, ada yang mau berbagi pengalamannya bisa komen dibawah ya :)



Untuk kulit pun sesuai dengan klaimnya, sesuai dengan jenis kulit apapun, saya tipe kulit oily hasilnya tidak perih di wajah, tidak menimbulkan jerawat, cocok deh pokoknya. Teman saya tipe kulit sensitif juga memakai produk ini dan katanya tidak ada masalah dengan wajahnya. 

Harga:
Sekitar Rp. 200 ribuan (setelah diskon dari Rp 300 ribuan saya agak lupa)

Beli di:
Guardian

Love:
- Tekstur ringan seperti air biasa
- Tidak perih
- Tidak menimbulkan jerawat
- Mudah digunakan
- Cocok untuk semua tipe kulit
- Mudah ditemukan

Hate:
- Untuk ukuran anak kuliahan seperti saya, harganya mahal 

Rating;
9/10

Repurchase:
Yes



Terimakasih sudah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya! ^0^


Director:
Gil Kenan

Writers:
David Lindsay-Abaire (screenplay), Steven Spielberg (story)

Stars:
Sam Rockwell, Rosemarie DeWitt, Kennedi Clements, Kyle Catlett, Saxon Sharbino



Sinopsis:

Masalah ekonomi keluarga Bowen kian memburuk dan mereka memutuskan pindah rumah ke pinggir kota. Bersama tiga anaknya, Maddy, Griffin, dan Kendra, keluarga Bowen memulai kehidupan baru. Setelah pindah, Maddy yang mempunyai karunia mulai melihat keanehan-keanehan yang terjadi di rumah itu. Ketakutan juga mulai dirasakan oleh kedua kakak Maddy, Griffin dan Kendra. Apa sebenarnya yang terjadi di rumah itu?

Review:

Pada tahun 1982, film Poltergeist berhasil memikat penonton penyuka horror karena efek-efek yang ditampilkan pada tahun tersebut sudah canggih dan kutukan yang terjadi di balik film tersebut. Kali ini, di produseri oleh Sam Raimi dan Robert G. Tapert dan disutradarai oleh Gil Kenan (Gil Kenan), apakah remake Poltergeist ini lebih seram dari versi aslinya? Atau kebalikannya?



Saya sudah nonton versi aslinya, dan jujur, saya tidak menganggap film itu seram. Tapi kalau dibandingkan dengan remake ini, jauh lebih baik versi aslinya. 

Untuk drama keluarganya, Poltergeist versi baru ini juga lebih ringan, tidak seperti versi aslinya. Tapi itulah kelemahannya, saya nonton versi aslinya merasa emosional, tapi di versi barunya, chemistry keluarga Bowen tidak terlalu terasa. Filmnya juga terlalu cepat sehingga tidak memberikan ruang bagi para karakter untuk pengenalan lebih dalam. 



Mari kita bandingkan beberapa adegan versi asli dan versi baru. 

1. Scene dimana Griffin ditangkap dan ditarik oleh akar pohon. Di versi aslinya kalau saya tidak lupa, Robbie ditarik oleh akar-akar pohon dari atas tempat tidurnya. Pohon tersebut seperti ingin memakan Robbie dan untungnya, Ayahnya datang tepat waktu untuk menolongnya. Di versi baru, jujur, tidak terlalu menakutkan seperti versi aslinya. Saya ingat scene ini karena ini salah satu scene yang mengagetkan.

2. Scene Eric Bowen sedang cuci muka dan mendapat penglihatan wajahnya rusak dan dipenuhi darah. Di versi aslinya saya lupa siapa, ada juga penglihatan seperti itu tapi lebih memperlihatkan gore-nya ya. Menguliti wajahnya sedikit demi sedikit. Mungkin memang niat film ini agar terlihat lebih ringan dan santai. 

Ini scene versi aslinya, seram bukan? 


3. Munculnya 'hantu' dari dalam lemari. Entahlah, walaupun saya tidak begitu suka versi aslinya, tetap saja versi aslinya terlihat lebih seram dan lebih real dari versi baru ini.

Karakternya berperan dengan baik terutama si kecil Maddy yang berhasil memerankan anak kecil yang ketakutan karena dibawa ke 'dunia lain' oleh para roh jahat. Kyle sebagai Griffin juga sangat mencuri perhatian. Untuk film remake, tidak jelek memang, saya masih fun nontonnya, banyak adegan aksi yang cukup menegangkan. 



Overall, Poltergeist (2015) menurut saya gagal  untuk menyamai versi aslinya. Remake itu dibuat kalau ngga lebih baik ya sama baiknya, tapi film ini tidak lebih baik dari versi aslinya. Tapi bukan berarti film ini gagal sebagai film horror. Masih tetap fun ditonton dengan adegan aksinya yang menegangkan dan drama keluarga yang ringan. Tapi jika kamu penggemar momen jump scare seperti saya, akan kecewa dengan jump scare di film ini, tidak seram.

Oh iya, jika ada yang belum tahu tentang kutukan dibalik film Poltergeist (1982) bisa klik disini ya




Happy watching!

Rating:
7/10

Terimakasih sudah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya! ^^




Director:
Kevin Smith

Writer:
Kevin Smith


Stars:
Justin Long, Michael Parks, Haley Joel Osment


Sinopsis:

Film ini berkisah tentang seorang podcaster, bernama Wallace yang pergi ke tempat terpencil di Manitoba. Wallace pergi kesana karena ingin mewawancarai seorang pelaut misterius yang bernama Howard. Siapa sebenarnya Howard? Apa yang akan terjadi pada Wallace? 

Terlalu banyak dialog...

Review:

Review singkat saja ya. Premis film ini menarik banget, mengingatkan saya dengan film Human Centipede yang gila itu. Ada yang sudah pernah nonton Human Centipede? Iya, seorang pria yang terobsesi dengan kaki seribu. Di film ini, kita akan menemukan seorang pria yang tergila-gila dengan binatang Walrus. 

Iya, cowok ini adalah anak kecil nan imut di film The Sixth Sense :)


Tidak seperti Human Centipede yang tidak membutuhkan waktu lama untuk masuk ke kegilaannya, Tusk berjalan agak lambat. Terlalu banyak dialog dan kilasan flashback yang menurut saya bisa dipersingkat lagi. 




Overall, Tusk adalah film horror gila yang disturbing. Tapi, eksekusinya tidak segila Human Centipede. Ada Johnny Depp juga sebagai cameo disini. Jika kalian penggemar horror yang disturbing, Tusk lumayan menghibur untuk dinikmati.

Happy watching!

Rating:
6,5/10

Terimakasih sudah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya! ^^

Silkygirl Blockbuster Color Palette Seri Fair Lady



Halo, kali ini saya mau berbagi review dua produk Silkygirl yang aku beli di Guardian belum lama ini. Jadi, di Guardian entah sampai kapan saya tidak tanya, produk Silkygirl (produk lama) semuanya diskon 50%. Kecuali produk baru seperti ini :) Jadilah saya beli eyeshadow dan eyeliner berwarna biru ini.


Ini yang tertulis di produknya:

Steal the limelight with four highly pigmented, perfectly coordinating shades designed to enchance and intensify your eyes. With smooth and creamy texture for easy blending and layering to create beautiful looks for day or night. Colors are long-lasting, and its crease-free formula will add drama to your eyes for hours on end.

Jujur saja, saya tidak terlalu bisa menggunakan eyeshadow, jadi nanti kalau di foto aneh maklumin ya.. ^^

Eyeshadow ini terdapat 4 warna yang cantik, yaitu ungu, pink, cream, dan cokelat. Saya juga tidak mencoba swatch ditangan saya ketika membeli karena testernya sudah tidak ada. Karena warnanya yang cantik, saya memutuskan beli yang seri Fair Lady ini. 

Kemasan:
Packagingnya terbuat dari plastik, tipis, cantik, sederhana, dan mudah dibawa kemana-mana. Saya selalu membawa eyeshadow ini di pouch makeup saya sehari-hari. Sayang, tidak dibarengi dengan kaca. Tapi tidak masalah, saya juga suka dengan tutup yang transparan karena kita bisa melihat isinya tanpa harus membukanya terlebih dahulu. Didalamnya juga terdapat aplikator yang terbuat dari busa, sama seperti eyeshadow palette seperti yang lainnya.



Tekstur:
Eyeshadow ini powdery ya, hati-hati jika sedang menggunakan di mata, coba pakai tisu dibawah mata agar tidak jatuh kemana-mana. Tidak keras, mudah diaplikasikan ke mata. Bisa memakai aplikator busa bawaan dari produk ini, bisa menggunakan brush, bisa juga menggunakan jari. Kalau saya untuk di eyelid saya menggunakan jari agar warna lebih keluar.

Hasil:
Karena saya tidak punya dan tidak memakai eye primer, warnanya kurang pigmented. Padahal saya udah 3 kali swatch di mata saya. Mungkin harus memakai eye primer terlebih dahulu agar warna eyeshadow ini keluar. Maaf ya kalau gambarnya kurang jelas, saya memakai warna pink di kelopak, warna coklat di outer v agar terlihat lebih tajam matanya, warna cream di inner corner dan dibawah tulang alis. 






Untuk pemula seperti saya dan untuk dipakai sehari-hari, eyeshadow ini bisa dicoba. Pilihan warnanya cantik dan harganya juga tidak terlalu mahal. Tapi untuk ketahanannya mengecewakan sih, tapi mungkin jika memakai eye primer akan lebih tahan lama, mungkin. Bagi teman-teman yang sudah pernah mencoba eyeshadow ini silahkan berbagi pendapat di komentar ya ^^


Harga:
Sekitar Rp. 35.00 an, saya tidak begitu ingat. (After discount 50% ya)

Beli di:
Guardian

Love:
- Harga tidak terlalu mahal
- Kemasan tipis mudah dibawa kemana-mana
- Warnanya cantik

Hate:
- Warnanya tidak pigmented tanpa memakai eye primer
- Daya tahannya standar tanpa memakai eye primer

Rating:
6/10

Repurchase:
Mungkin, jika kantong menipis :D






Silkygirl Funky Eyelights Pencil 03 Sky Blue


Beda dengan eyeshadow, saya sangat menyukai eyeliner pencil berwarna biru ini. Teksturnya tidak terlalu creamy seperti eyeliner pencil merk Make Over, tidak keras juga, mudah di aplikasikan di mata. Warnanya super cantik, pigmented juga dan waterproof. saya pakai dari siang sampai malam tidak beleber. Selain untuk eyeliner, produk ini juga bisa dipakai sebagai eyeshadow loh. Tapi saya belum pernah coba, mungkin temen-temen ada yang sudah pernah coba? Silahkan komen dibawah ya :)


Packagingnya juga berwarna hitam dengan tutup transparan, jadi kita bisa lihat isi eyeliner kita tanpa harus membukanya. Setelah di aplikasikan ke mata, seperti ada bling blingnya, saya suka saya suka. Mata terlihat lebih fresh. Saya juga menyukai eyeshadow yang bling bling :P



Overall, saya naksir sama produk ini. Gampang diaplikasikan dan teksturnya tidak terlalu creamy dan tidak keras. Warnanya sekali pakai juga langsung keluar, tidak perlu berkali-kali swatch. Daya tahan juga jempolan asal tidak digosok-gosok ya. Saya pakai dari siang sampai malam masih awet di mata saya. 

Harga:
Sekitar Rp 19.000 (after discount 50%)

Beli di:
Guardian

Love:
- Warna pigmented
- Teksturnya empuk gampang diaplikasikan
- Daya tahan oke
- Harga terjangkau
- Packagingnya simple dan bagus

Hate:
Sampai sekarang belum ada :)

Repurchase:
Yes! Mau coba warna lain!

Rating:
9/10


Makasih yah udah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya! :* 



Wajah saya adalah tipe wajah yang oily, sangat berminyak. Tapi apakah dengan kulit wajah yang berminyak, saya tidak memerlukan pelembab wajah sebelum memakai makeup? Banyak yang bilang tekstur wajah berminyak itu sudah lembab, tidak perlu diberi pelembab lagi. Menurut saya, dengan tidak memakai pelembab wajah (saya sudah pernah mencoba), wajah saya terlihat kusam. Sudah banyak kok pelembab wajah yang diperuntukkan untuk kulit berminyak, normal, dan kering. Jadi, coba searching dan cocokkan dengan tipe kulit kalian ya ladies..

Salah satu pelembab wajah yang saya suka adalah dari Citra Korean Pink Orchid UV Moisturizer.

Detail produk:

Ketika kuncup mekar menjadi bunga, dan semburat warna merah muda perlahan menyebar hingga ke kelopak bunga, merupakans ebuah keindahan tersendiri. Citra menghadirkan kilau yang lembut dari Korean Pink Orchids. Rasakan kelembutan yang bekerja dari dalam, memberikan wajah yang tampak putih berkilau. Perpaduan UV protectionnya (UVA & UVB) membantu melindungi kulit dari sinar matahari yang dapat menyebabkan bintik hitam dan kulit gelap. 



Kemasan:

Saya awalnya beli yang sebelah kiri yang kemasan tube, setelah habis saya memutuskan beli yang kemasan jar. Saya tidak tahu sih yang tube itu maksudnya kemasan yang kecil dan jar kemasan besar atau gimana. Tapi jika ada kemasan tube yang besar, saya akan memilih tube. Karena saya kurang suka jar, kurang higienis aja menurut saya, harus colek colek menggunakan tangan. Tapi packaging keduanya saya suka, yang jar seperti elegan dan warnanya cantik. Untuk tube, mudah dibawa kemana-mana.

Citra Korean Pink Orchid UV Moisturizer


Tekstur & aroma:

Teksturnya berbentu krim dan tidak lengket. Saya suka banget karena hasil di wajah saya adalah matte dan efeknya mencerahkan juga setelah dipakai. Aromanya juga hampir mirip dengan pelembab wajah Garnier yang Sakura White, soft dan aroma bunganya terasa sekali, saya yang mencium juga merasa nyaman.

Teksturnya berbentuk krim

Teksturnya setelah ditaruh di kulit, setelah dibaurkan warnanya akan berbaur dengan kulit

Efek mencerahkannya hanya pada saat saya memakai produk ini, saya sendiri sudah memakai produk ini sekitar 2-3 mingguan, tapi belum ada efek mencerahkan sampai saat ini. Ini adalah pelembab wajah yang paling saya suka diantara pelembab wajah yang saya pakai sebelumnya. Saat memakai ada efek mencerahkan seperti primer, hasilnya matte, dan tidak membuat wajah kusam.

Harga: Rp. 30.000
Beli di: Watson Citraland Mall

Love:
- Hasilnya matte
- Aroma bunganya menenangkan
- Harganya murah
- Membuat wajah tidak kusam
- Mencerahkan wajah
- Tidak menimbulkan jerawat di kulit saya

Hate:
- Untuk kemasan jar, kurang higienis

Repurchase: Yes
Rating: 8,5/10

Terimakasih sudah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya!^^






Director:
Brad Peyton

Writers:
Carlton Cuse (screenplay), Andre Fabrizio (story)

Stars:
Dwayne Johnson, Carla Gugino, Alexandra Daddario



Sinopsis:

Film ini mengisahkan tentang bencana gempa bumi yang terjadi di California, Los Angeles. Ray adalah seorang pilot helikopter yang termasuk dalam regu penyelamat. Ray memiliki seorang putri yang bernama Blake yang sedang berada di California ketika bencana gempa bumi terjadi. Ray dan mantan istrinya, Emma, melakukan penyelamatan untuk Blake yang dipercaya sedang bertahan hidup dalam bencana gempa bumi tersebut.



Review:

Terakhir kali saya nonton disaster movie adalah "Into The Storm" yang membuat saya terkesima oleh efek khususnya. San Andreas juga melakukan hal yang sama, kita akan dibuat harap harap cemas dari awal film dimulai. Adegan dimana Dwayne menyelamatkan seorang gadis yang terjebak didalam mobil yang berada di tebing sempit. Saya adalah orang yang tidak kuat sama disaster movie, karena saya tinggal di pinggir pantai. Saya udah pernah merasakan evakuasi ke gunung karena ada isu tsunami. Setiap hari saya selalu harap harap cemas ketika sedang berada di rumah. (curhat sedikit)



Brad Payton menyutradarai film-film tidak populer, seperti Journey 2: The Mysterious Island atau Cat & Dogs: The Revenge of Kitty Galore. Tapi untuk San Andreas, saya dibuat kagum dari awal film hingga akhir film. Ceritanya umum ya seperti film-film disaster lainnya, orang tua heroik menyelamatkan anaknya, seperti "The Day After Tomorrow". 




Banyak tidak masuk akalnya sih, tapi setiap saya melihat disaster movie saya memang tidak terlalu memperdulikan soal cerita, saya hanya menikmati dahsyatnya bencana alam melalui efek-efek khusus. Kalau diingat, saya juga sebenernya geli juga melihat kehebatan duo Dwayne dan Carla ini menembus bencana yang teramat dahsyat itu dengan hanya luka lecet saja. Porsi drama keluarga, sisi humanis seseorang, dan dahsyatnya bencana terasa pas sekali. Jika kalian sedang berada dalam situasi seperti itu, apakah kalian akan memikirkan orang lain? atau memikirkan diri sendiri? 

Tsu....tsu.....nami!!


Overall, San Andreas adalah disaster movie yang menampilkan parade efek-efek khusus yang sangat memukau, membuat penontonnya harap harap cemas dan merasa tegang dari awal film dimulai. Lupakanlah betapa mustahilnya proses orang tua ini dalam menyelamatkan putrinya. Makan popcorn dan nikmati dahsyatnya bencana yang dihadirkan di San Andreas. This is the most spectacular disaster movie in this year so far yah. 

Oh iya, saya menemukan artikel yang berjudul "Terlalu Berlebihan, San Andreas Dikritik Ilmuwan". Klik jika ingin tahu

Happy watching!

Rating
7/10

Makasih udah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya ya ^^

Pake high heels, lompat dari reruntuhan gedung-gedung....



Director: 
Leigh Whannell

Writers:
 Leigh Whannel

Stars: 
Dermot Mulroney, Stefanie Scott, Angus Sampson, Lin Shaye, Leigh Whannel



Sinopsis: 
Film ini mengisahkan tentang Elise Rainnier, seorang paranormal yang harus mengeluarkan kekuatannya meskipun sudah pensiun untuk menolong seorang gadis yakni Quinn Brenner yang terjebak didalam The Further (dunia lain). Awalnya, Quinn hanya ingin berkomunikasi dengan ibunya yang sudah tiada, tetapi ternyata ada makhluk lain yang mengganggu Quinn. 

Lumayan creepy juga ini...


Review:
Insidious: Chapter 3 ini bukan kelanjutan dari seri pendahulunya, melainkan prekuel, mengisahkan tentang kehidupan Elise sebelum kejadian keluarga Lambert. Berbeda dari dua film selanjutnya, film ini tidak lagi di sutradarai oleh James Wan, tapi oleh Leigh Whannell. Jujur, setelah announce bahwa Wan tidak lagi menyutradarai Insidious: Chapter 3, saya tidak begitu optimis, tapi tetap sih akan saya tonton juga. 

The Man Who Can't Breath

Insidious: Chapter 3 adalah seri terlemah dibanding dua film sebelumnya. Selain James Wan sudah tidak menyutradarai, cerita film ini juga lemah. Porsi untuk melihat kisah Elise dan keluarga Brenner ini kurang pas, kurang digali kembali. Banyal hal yang aneh juga menurut saya, seperti perempuan tua pencinta kucing yang meninggal kemudian tiba-tiba kasih tau Elise apa yang ibunya Quinn ingin sampaikan, adiknya Quinn yang entah kemana padahal Quinn selalu jejeritan setiap saat, ujug ujug di akhir terlihat peduli banget. Tidak penting sih memang, saya yang kurang kerjaan melihat sampai kesana :))

Elise sedang berada di 'The Further' 

Yang paling menarik adalah si evil ghost "The Man Who Can't Breath" yang visualisasinya creepy banget. Sayang, tidak dijelaskan siapa dia. Mungkin dijelaskan di chapter-chapter selanjutnya? 
Bagi pencinta momen jump scare pasti kegirangan nonton film ini (kaya saya). Leigh Whannel tahu betul bagaimana bikin penonton lompat dari kursi bioskop. 

Elise menggunakan kekuatannya kembali untuk menolong Quinn


Kalau untuk membangun atmosfer seram, James Wan lebih baik. Hantu-hantu di film ini juga tidak seseram pendahulunya. Beruntung juga sebelum saya nonton film ini, saya tidak melihat trailernya terlebih dahulu, karena banyak yang bilang momen seramnya sudah ditayangkan di trailer (sampai sekarang juga belum liat trailernya :D). 

Overall, Insidious: Chapter 3 adalah seri terlemah dari dua film pendahulunya. Penceritaan yang lemah, chemistry keluarga Brenner yang menurut saya kurang, saya tidak peduli dengan apa yang terjadi terhadap keluarga mereka. Whannel juga hanya menjual momen-momen jump scare saja ketimbang membangun atmosfer yang seram. Untung saja menjelang akhir ada Tucker dan Specs yang kembali  bisa membuat saya tertawa setelah teror-teror penampakan yang sudah ada dari awal film dimulai.

KANGEN KOKO JAMES WAN!!!

Happy watching!

Rating
7/10

Makasih yah udah mampir, sampai jumpa di post selanjutnya! ^^



Halo^^

Pertama-tama, maaf ya foto concealernya agak gepeng gitu, sebenernya udah agak lama belinya, tapi baru sempet review sekarang :))



Concealer adalah hal yang wajib saya bawa kemana-mana. Saya pakai concealer juga hampir setiap hari setiap saya melakukan aktivitas. Concealer saya sebelumnya adalah dari Maybelline. Untuk harga, L.A Girl Pro Conceal HD ini lebih murah, makanya saya tertarik untuk mencobanya. Tapi tergantung dari seller ya, ada juga yang menjual dengan harga mahal. Nah, saya nemu online shop di Instagram yang menjual produk ini dengan harga murah, nanti saya sebutkan di bawah ya :)



Saya memilih shade Classic Ivory, karena satu tingkat diatas warna kulit saya. Oya, saran untuk memilih warna concelaer, pilih warna yang setingkat warna kulit ya, jangan terlalu terang dan jangan terlalu gelap juga :) 
Kemasannya berupa tube dengan aplikator berbentuk brush. Kemasannya juga pas untuk dibawa kemana-mana. Tapi yang bikin saya jengkel adalah.... entah kenapa susah sekali untuk mengeluarkan isinya, harus di pencet lumayan keras baru keluar, dan kadang mengeluarkan air (saya juga bingung). Saya tidak tahu apakah saya saja yang merasakan bahwa harus ekstra tekan agar keluar? Setelah saya tekan agak keras, isinya juga terkadang keluar kebanyakan, harus pake feeling kayaknya huhu.



Untuk hasil saya suka sekali dengan shade Classic Ivory ini. Ketika saya memakai dari Maybelline, saya suka dengan hasil awalnya, tapi jika dipakai dengan aktivitas yang lama dan berkeringat bawah mata saya jadi terlalu putih. Untuk produk ini sih saya pake aktifitas keringetan ngga masalah ya.

Untuk pengaplikasiannya, kalian bisa memakai brush lagi atau bisa langsung dri brush aplikator dari L.A Girl Pro. Concealer-nya sendiri. Kalau saya biasanya saya taruh di tangan saya lalu saya totol-totol ke bagian wajah yang ingin saya pakaikan concelaer, tapi sering juga saya pakai langsung dari brush aplikatornya. 



Overall, saya sangat suka dengan coverage produk ini, menyatu dengan warna kulit saya. Untuk aplikator saya lebih suka yang seperti Maybelline, saya tidak terlalu suka dengan brush aplikator seperti ini. Tapi balik lagi ya, selera orang beda-beda. Selamat mencoba! ^^



Harga: Rp. 60.000
Beli di: Makeupucinno (instagram)

Love:
- Hasilnya pas dengan warna kulit
- Kemasan bisa dibawa kemana-mana
- Harga bersahabat

Hate:
- Baunya ngga suka
- Isinya susah keluar, harus tekan agak kencang
- Saya lebih suka aplikator seperti brush Maybelline

Repurchase: Yes
Rating: 7,5/10
Powered by Blogger.