REVIEW FILM - A COPY OF MY MIND | BAHASA INDONESIA

4 Comments





Halo temen-temen, 

Saya adalah salah satu penggemar Joko Anwar. Dari semua film-filmnya yang menurut saya agak rumit, mungkin A Copy Of My Mind lah film yang paling sederhana dan indah yang pernah dibuat oleh Joko Anwar. Saya sudah menunggu film ini sejak tahun lalu. Sebelum tayang di Indonesia, film ini mondar mandir di ajang Festival Film Internasional. Selain mondar mandir di ajang Festival Film Internasional, film ini juga menang di ajang penghargaan film di Indonesia, sutradara terbaik, pemeran utama wanita terbaik, dan penata suara terbaik.

Ketika saya menonton A Copy Of My Mind, saya tidak merasa sedang menonton film. Akting, pengambilan gambar, dialog, semuanya seperti saya sedang berada disana. Joko Anwar mengangkat film ini dengan gambaran kota Jakarta yang terasa amat nyata dan sangat jujur. Kostan yang penghuninya ada 100 orang tapi kamar mandinya hanya 10, toko-toko dvd bajakan di Glodok, jalanan yang macet, bagaimana susahnya orang-orang mencari uang di Jakarta.



Ada Sari (Tara Basro) yang bekerja sehari-hari sebagai pegawai salon facial yang sangat cinta terhadap film. Sepulang kerja biasanya ia mampir ke toko dvd bajakan untuk membeli film. Disana, ia bertemu dengan Alek (Chico Jeriko) yang bekerja sebagai penerjemah teks dvd bajakan di toko tersebut.

Karakter Sari ini sedikit mengingatkan saya dulu, saya suka sekali nonton film, sejak saya kecil. Karena uang saya juga tidak banyak, saya selalu menabung untuk beli dvd-dvd bajakan. "Udah ori belom bang?" Itu kata-kata yang pasti keluar dari mulut saya kalau sedang milih-milih film. Impian saya juga saya punya TV ukuran besar yang ada speakernya. Saya suka sekali ke-realistisan film ini. Sari yang terlihat kusam, tidak menggunakan makeup, baju yang hanya itu-itu saja. Alek juga sama.

Yang membuat saya kurang suka adalah terkadang pengambilan gambarnya yang terlihat shaky, goyang-goyang gitu, dan bridging dari satu scene ke scene lain, hanya beberapa scene sih memang, masih terlihat kontras. Chemistry Alek dan Sari ini terlihat sangat kuat. Tidak butuh film yang mengangkat tema 'penyakit' untuk membuat saya menangis. Saya menangis setiap melihat Sari memanggil nama Alek. 



Paruh awal film ini kita benar-benar diajak untuk berkenalan lebih dalam dengan karakter utamanya, Sari dan Alek. Walaupun lambat, tapi efektif membuat saya merasakan apa yang Sari rasakan. Sari yang hanya bekerja di salon facial bercita-cita ingin mempunyai home teather agar dia bisa nonton film dengan layar besar dan suara yang menggelegar. Alek yang tidak punya apa-apa jatuh cinta kepada Sari, mereka tidak butuh uang. Mereka hanya butuh bersama. Ini yang membuat saya menangis di bioskop. Saya suka sekali dengan perubahan raut wajah Sari, ketika dia sedih, senang, bahkan saat di penjara ketika Mirna dengan sombongnya bercerita, raut wajah Mirna seakan mengatakan 'Apose kokondao sih ni orang'. :))

Film ini tidak hanya menceritakan kisah Sari Alek yang jatuh cinta saja, Joko Anwar juga menambahkan bumbu politik kotor yang saya rasa ada di negara kita ini, Indonesia. Hal itu yang membuat cerita film ini menjadi beda dengan film-film lainnya. Tidak perlu tangisan terisak isak dari pemainnya, tidak perlu dialog yang terlalu melodrama, film ini berhasil mengaduk emosi saya. Hanya dengan gerak gerik tubuh, dialog sederhana, dan mimik muka, Sari dan Alek terlihat sangat serasi dan saling jatuh cinta. 

Walaupun dibumbui dengan unsur politik, tidak mengubah film ini menjadi film yang rumit. Tetap sama dari awal, tentang dua manusia yang sedang jatuh cinta. Unsur tersebut yang akan mengubah bayangan ending yang ada di kepala saya dari awal film ini dimulai. Ya, saya benci sekali dengan endingnya, bahkan saya masih terus berkaca-kaca pada saat saya menulis review ini. 

Overall, saya suka sekali dengan film ini. Tidak sia-sia saya terus bersabar untuk menonton film ini dari tahun lalu. Saya akan terus menanti karya-karyamu, Bang Joko Anwar. Semangat bikin film baru lagi ya :)

Jangan lupa ditonton di bioskop ya temen-temen! Selamat menonton! ^^


nikenrose@yahoo.com




You may also like

4 comments:

  1. sayangnya film-film "progresif" Indonesia distribusinya gak sekuat hollywood, jadi gak semua bioskop menayangkan :(

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, malah ada yang jauh-jauh dari Purwekerto ke Jakarta demi nonton film ini.

      Terimakasih sudah main ke blog ya :)

      Delete
  2. Filmnya keren banget, gaya Chiko Jericho juga sumpah keren.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, dua karakter utamanya benar-benar keren aktingnya.Saya liatnya malah gak seperti akting saking naturalnya.

      Terimakasih sudah main kesini ya :)

      Delete

Powered by Blogger.